Ulil Abshar Abdalla: Dua Etos Sarjana Muslim
Abadi Wijaya Rabu, 18 Maret 2015 . in Berita . 3443 views
524_ulil.jpg

GEMA-Ulil Abshar Abdalla, seorang tokoh  Islam yang melejit namanya lantaran mengusung pemahaman Islam liberal.

Banyak pemikirannya mengundang kecaman dari para ulama dalam Negeri dan luar Negeri. Pada acara seminar nasional di Kampus UIN Maliki, pria kelahiran Pati tersebut tidak lagi menyinggung pemikiran-pemikiran liberal yang diusungnya. Tetapi, pada kesempatan itu ia berbicara soal masa depan seorang sarjana muslim di hadapan mahasiswa yang tergabung dalam Community of Santri Scholars of Ministry of Religious Affairs UIN Maliki (CSSMoRA) (14/3).

Pria yang mendapat gelar sarjananya di Fakultas Syariah LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab) Jakarta tersebut menjelaskan bahwa ada dua etos yang harus dimiliki oleh seorang sarjana muslim. Pertama etos santri dan kedua adalah etos sarjana. Santri adalah istilah khas masyarakat Indonesia yang diperuntukkan bagi mereka yang belajar ilmu-ilmu agama di pesantren. Adapun sarjana adalah title bagi orang yang menamatkan pendidikan di perguruan tinggi. “Seorang sarjana muslim perlu memiliki dua etos ini, karena dengan paduan tradisi pesantren dan tradisi modern inilah seorang sarjana muslim mampu bersaing di era globalisasi dan mampu go internasional,” urai santri alumni Ponpes al-Anwar Sarang, Rembang tersebut.

Syiar Islam sesungguhnya, lanjut Gus Ulil, adalah ketika seorang muslim mampu mengharumkan nama baik Islam. Menurutnya, Islam sekarang ini tengah dihadapkan dengan kompetisi science. Dari hal itu, maka seorang sarjana muslim dituntut untuk memiliki banyak kompetensi. “Untuk dapat ikut serta dalam kompetisi science, sarjana muslim harus memiliki knowledge dan kompetensi bahasa,” paparnya. (sy)

(Ajay)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up